banner 970x250

Potensi Besar, Industri Herbal Indonesia Masih Tertinggal di Pasar Global

banner 728x90
banner 728x90

Catatan Ekobis, 15 September 2022 – Indonesia memiliki potensi besar sebagai produsen herbal dunia, tetapi saat ini masih tertinggal dalam industri herbal global. Ketua Dewan Syura Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia (APHMI), Aviv Vivarullah, mengungkapkan bahwa omzet industri herbal Indonesia pada tahun 2020 mencapai Rp 20 triliun.

“Indonesia saat ini berada di peringkat ke-19 dunia dalam pemasaran herbal. Sementara itu, China masih mendominasi di posisi pertama, diikuti India dan Korea Selatan di posisi kedua dan ketiga. Artinya, Indonesia hanya menyumbang 1 persen dari omzet jamu global,” ujar Aviv saat memberi sambutan dalam Deklarasi APHMI Jabar 2 di Depok, Jawa Barat, Selasa (13/9).

banner 325x300

Aviv menjelaskan bahwa total omzet industri obat herbal, termasuk jamu dan suplemen, secara global mencapai 138 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.932 triliun. Angka ini bahkan lebih besar dibandingkan belanja negara RI yang mencapai Rp 1.647 triliun.

Menurutnya, Indonesia memiliki sekitar 33 ribu dari total 45 ribu tanaman penghasil herbal di dunia. Namun, jumlah produsen herbal di Indonesia masih sangat sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada.

“Saat ini hanya ada sekitar 1.200 pelaku industri herbal resmi di Indonesia. Sementara di China, jumlah perusahaan herbal mencapai 420 ribu. Ini berarti industri herbal di China 350 kali lebih besar dibandingkan Indonesia,” jelas Aviv.

Peluang Industri Herbal yang Masih Terbuka Lebar

Aviv menekankan bahwa potensi besar industri herbal Indonesia harus dikembangkan lebih jauh. Terlebih, diprediksi bahwa omzet industri herbal dunia akan melonjak signifikan pada tahun 2026, mencapai lebih dari Rp 3.000 triliun.

“Diperkirakan sekitar 80 persen populasi dunia akan beralih ke produk herbal,” ujarnya.

Untuk itu, Aviv mengajak para pengusaha herbal yang tergabung di APHMI untuk menangkap peluang besar ini dengan strategi dan perencanaan yang matang. Ia juga menekankan pentingnya pendataan yang lebih akurat mengenai target omzet dan jumlah anggota APHMI untuk memastikan pertumbuhan industri herbal yang lebih terstruktur.

Ketua Umum APHMI, Warsono, menambahkan bahwa APHMI telah berdiri sejak 2013 dan telah memiliki banyak pengurus wilayah, terutama di Pulau Jawa. “Sebentar lagi, kami akan memperluas ke Makassar, Sulawesi Barat, dan Sumatra, khususnya di Lampung. Saat ini, keanggotaan masih didominasi oleh pengusaha dari Jawa,” katanya.

Saat ini, APHMI telah mencatat sekitar 600 anggota secara resmi. Namun, Warsono memperkirakan jumlah anggota yang sebenarnya sudah mencapai ribuan, mengingat pendataan terbaru belum dilakukan sementara jumlah anggota terus bertambah. Ia juga mengungkapkan bahwa sebagian besar anggota APHMI telah memiliki izin edar dari BPOM.

“Harapan kami adalah menciptakan pengusaha herbal kelas dunia. Artinya, kami ingin para pengusaha kecil yang saat ini sedang berkembang bisa tumbuh besar. Kami berharap pertumbuhan APHMI ke depan bisa sejalan dengan peningkatan ilmu dan wawasan anggotanya,” ujar Warsono.

Harapan untuk Pengusaha Herbal Indonesia

Warsono juga mengingatkan bahwa para pengusaha herbal harus tetap mematuhi regulasi pemerintah. Sebagai pengusaha Muslim, ia menekankan bahwa produk herbal yang dihasilkan harus memberikan manfaat bagi masyarakat dan tidak menimbulkan mudharat. Oleh karena itu, ia berharap kementerian dan lembaga terkait dapat membina para pengusaha herbal agar lebih teredukasi dan memahami aturan yang berlaku.

Dengan potensi herbal yang begitu besar, Warsono berharap industri ini dapat dimanfaatkan dengan baik, terutama dalam situasi ekonomi yang sedang sulit.

“Kondisi saat ini tidak mudah. Mari kita bersama-sama membantu negara dengan produk herbal kita agar masyarakat bisa saling membantu dan mendapatkan manfaat,” pungkasnya.

(Sumber: Republika/A. Syalaby Ichsan)

banner 325x300
banner 325x300