Hari Bumi yang kita peringati setiap 22 April bukan sekadar seremonial tahunan. Ini adalah momentum pengingat bahwa bumi yang kita huni sedang tidak baik-baik saja. Dari perubahan iklim, deforestasi, polusi air dan udara, hingga eksploitasi sumber daya alam yang tak terkendali, semua ini memanggil kita untuk tidak hanya peduli, tapi bertindak.
Sebagai pelaku usaha herbal berbasis kearifan lokal dan bahan alam, saya meyakini bahwa hubungan kita dengan bumi tidak boleh bersifat eksploitatif. Ia harus simbiotik. Di Sulawesi Herba Nusantara, kami belajar bahwa tanah yang subur, tumbuhan yang tumbuh alami, dan udara yang bersih adalah fondasi utama dari kualitas herbal yang kami hasilkan. Jika bumi rusak, maka putuslah rantai pengobatan alami yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur kita.
Alam Bukan Objek Bisnis Semata
Banyak yang keliru memandang bahwa alam hanyalah objek untuk digali, diperas, dan dijual. Padahal, dalam filosofi herbal Nusantara, alam adalah sahabat penyembuh. Ia menyediakan bukan hanya bahan mentah, tetapi energi kehidupan. Maka, ketika kita mengambil dari alam, kita wajib memberi kembali, dengan menanam kembali, menjaga ekosistem, dan merawat hutan yang menjadi sumber kehidupan ribuan jenis tanaman obat.
Warisan Leluhur, Tanggung Jawab Kita
Nenek moyang kita mewariskan lebih dari sekadar resep herbal. Mereka mewariskan cara hidup yang selaras dengan alam. Dalam setiap ramuan, ada doa dan keikhlasan. Dalam setiap petik daun atau akar, ada adab dan rasa hormat pada bumi. Ini yang kini mulai hilang, karena industri yang serba instan dan rakus.
Sebagai pemilik Sulawesi Herba Nusantara, saya memandang penting untuk mengembalikan prinsip-prinsip itu ke tengah praktik usaha herbal. Produk kami bukan hanya soal menyembuhkan tubuh, tapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai luhur tentang keselarasan manusia dengan bumi.
Herbal: Solusi Sehat yang Ramah Bumi
Berbeda dengan banyak produk sintetis, herbal—ketika diolah dan dikonsumsi secara bertanggung jawab—tidak meninggalkan jejak kerusakan bagi alam. Tidak mencemari tanah, tidak mencemari air, tidak merusak ekosistem. Justru sebaliknya, ia mengajak kita kembali menghargai ritme alami kehidupan.
Itulah mengapa kami mendorong penggunaan bahan lokal, tanpa bahan kimia berbahaya, serta mendorong model produksi berkelanjutan. Kami juga berupaya memberdayakan petani lokal agar tidak hanya menjadi penyuplai, tapi bagian dari ekosistem yang adil dan lestari.
Peringatan Hari Bumi: Saatnya Bangkitkan Kesadaran Baru
Di tengah dominasi produk-produk industri yang sering mengabaikan kelestarian alam, mari kita jadikan Hari Bumi sebagai panggilan untuk kembali ke akar:
-
- Akar budaya
Akar pengobatan alami
Akar keharmonisan dengan alam
- Akar budaya
Saya mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku usaha herbal, aktivis lingkungan, serta pemerintah daerah, untuk bersama-sama menjadikan empiris herbal Nusantara sebagai bagian dari gerakan besar penyelamatan bumi. Ini bukan hanya urusan kesehatan, tapi juga urusan masa depan bangsa.
Akhirnya…
Bumi yang sehat akan melahirkan generasi yang sehat. Mari rawat bumi, jaga tanah, cintai hutan, dan gunakan hasil alam secara bijak. Bukan karena kita hebat, tapi karena kita hanyalah bagian kecil dari ciptaan Tuhan yang diberikan amanah untuk menjaga bumi, bukan merusaknya.
Empiris Herbal, Andi Nurul Ihwal, Raih Penghargaan Wanita Berjasa Tingkat Sulsel
Selamat Hari Bumi 22 April 2025.
Dari tanah, kita hidup. Dari alam, kita disembuhkan. Maka dari itu, mari hidup berdamai dan bersahabat dengan bumi.