Putri kedua Arham MSi La Palellung berlatar pendidikan ilmu hukum tata negara
Iyol, Permata Hatiku: Ghina Ghefira Fadia
Di sela denyut rindu yang diam-diam menetap, ada satu nama yang selalu bergetar dalam doaku: Ghina Ghefira Fadia, putriku tersayang, si kecil manja yang dulu kupanggil dengan penuh cinta: Iyol.
Engkau hadir setelah harapanku sempat membayangkan sosok laki-laki. Tapi Allah, dengan cinta-Nya yang tak pernah salah, justru menghadirkan dirimu. Seorang anak perempuan yang membawa tawa, ceria, dan gaya-gaya kecil yang meniru langkah yaya-mu. Kau tumbuh dengan semangat tomboy yang jenaka, mungkin karena naluri ayah yang dulu berharap anak lelaki, tapi yang kudapat jauh lebih indah: engkau, perempuan tangguh dengan jiwa lembut. Engkau mencuri ruang paling istimewa di hati ini.
Iyol, kau sangat mengerti yayamu. Bahkan sejak kecil, engkau tahu apa yang membuatku tertawa, dan apa yang diam-diam membuat mataku berkaca. Kau adalah cahaya yang menuntunku pulang di tengah gelapnya hidup yang kadang penuh rintangan. Kau seperti bayangan langkahku sendiri, yang berjalan kecil-kecil di belakangku, meniru, menyaingi, hingga kini tumbuh menjadi wanita hebat yang menempuh studi hukum tata negara. Siapa sangka, si kecil yang dulu kugendong dan kuantar setiap pagi ke sekolah TK itu kini telah berdiri tegar mengejar ilmunya untuk keadilan?
Kita seperti cermin, tatapan matamu, bentuk wajahmu. Engkau mewarisi wajahku, dan karenanya engkau memberi tanda: bahwa darah dan jejak leluhur itu benar adanya. Wajahmu adalah wajah masa lalu yang hadir dalam masa depan.
Engkau adalah berkah dalam hidupku. Tak terhitung berapa kali air mataku luruh karena mengingat masa kecilmu, masa-masa ketika kita terpisah, dan engkau harus tumbuh dalam jarak. Tapi di hatiku, kasihku tak pernah jauh. Aku menitipkan rinduku kepada Tuhan, agar Ia yang memelukmu dalam setiap doa yang tak sempat kusebutkan dengan kata.
Iyol, engkau adalah permata hatiku, setelah kakakmu, engkau pun telah menguras air mataku, air mata penuh rindu, air mata yang jatuh diam-diam di setiap doa dan sujudku.
“Kuberikan engkau nama Ghina Ghefira Fadia bukan hanya sebagai nama, tapi sebagai pelita: agar engkau selalu menjadi pribadi yang berkelimpahan kasih, dimaafkan segala khilaf, dan selalu menjaga keindahan hati dalam perjalanan hidupmu.”
Iyol, tetaplah menjadi cahaya. Tetaplah menjadi pribadi yang mengerti hati yayamu. Karena dalam setiap langkahmu, ada detak rinduku yang menyertainya.
Kini, kau tumbuh menjadi perempuan cerdas, menempuh ilmu hukum, menelisik tata negara, dan diam-diam aku bangga, bahwa gadis kecilku yang manja kini bersiap menata dunia.