Putri pertama Arham MSi La Palellung berlatar pendidikan ilmu hukum pidana.
Caca, My Sweet Baby
Ghina Fasya Aulia, nama itu tak sekadar kuucap, tapi kutenun sejak lama dalam diam dan harap.
Engkau adalah niat yang kusematkan jauh sebelum dunia mengenalmu.
Engkau adalah mimpi yang kutimang-timang dalam doa, bahkan saat masih samar di rahim ibumu.
Sejak detakmu terasa untuk pertama kalinya, aku tahu:
Allah sedang menitipkan cinta-Nya kepadaku dalam rupa seorang putri.
Aku menjagamu sejak dalam kandungan,
kumenjaga makan ibumu, kumintakan doa dari langit,
dan kusematkan harap agar engkau lahir dalam keadaan sehat, selamat, dan menjadi penyejuk hati. Dengan aura lembut yang menyihir hatiku sejak pertama menatapmu
Dan sungguh, Maha Suci Allah, saat engkau lahir,
engkau tumbuh dengan paras yang cantik, hati yang halus,
dan tatapan yang sejak kecil selalu mampu meluluhkan kerasnya hatiku.
Aku menyebutmu Caca—panggilan kecil penuh kasih.
Caca bukan hanya sapaan, tapi bagian dari jiwaku yang paling lembut.
Meski engkau tumbuh jauh dariku secara fisik,
kasih sayangku tak pernah pergi.
Aku menitipkanmu pada penjagaan Allah,
karena aku percaya, cinta yang sejati tak selalu harus hadir di dekat mata,
cukup hadir di setiap sujud dan doa yang tak pernah putus.
Kini, engkau telah dewasa, telah menyelesaikan pendidikan sarjana di tahun 2024.
Namun bagiku, engkau tetaplah gadis kecil yang dulu kugendong,
yang memanggilku yaya dengan mata berbinar dan penuh kepercayaan.
“Kuberikan engkau nama Ghina Fasya Aulia,
karena dalam nama itu kutanamkan doa,
kubisikkan harap, menjadi arah hidupmu
dan kuselipkan nilai, agar setiap langkahmu membawa keberkahan,
dan setiap keputusanmu dilandasi keanggunan akhlak seorang putri.”
“Anakku, engkau mungkin tak tahu betapa kuatnya cinta seorang ayah yang diam, tapi dalam setiap hembus namamu, terdapat seluruh hidupku yang kutitipkan kepada Tuhan, agar engkau tumbuh bukan hanya menjadi perempuan hebat, tapi juga perempuan yang mulia dalam akhlak dan cinta.”