Catatan Ekobis, 24 Februari 2023 – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Herbal Muslim Indonesia (APHMI), Warsono, mendorong agar rumah sakit di Indonesia mulai menerima resep herbal sebagai bagian dari pengobatan medis. Saat ini, sudah ada rumah sakit percontohan di Yogyakarta yang menerima resep herbal, menandakan bahwa industri ini semakin diterima di kalangan medis.
“Untuk sekarang, apotek herbal Indonesia sudah masuk ke rumah sakit di Jogja sebagai percontohan. Artinya, herbal mulai diterima,” ujar Warsono di sela Musyawarah Nasional (Munas) APHMI di Jakarta, Selasa (21/2).
Namun, Warsono mengakui bahwa tantangan utama bagi industri herbal adalah regulasi yang belum sepenuhnya mendukung pemanfaatan herbal di rumah sakit. Padahal, secara praktik, obat herbal telah diterima oleh banyak praktisi medis dan masyarakat.
Ia juga menegaskan bahwa ke depan, obat-obatan herbal dan kimia bisa bersinergi demi kesehatan masyarakat, seperti yang telah diterapkan di beberapa negara lain. “Kami di asosiasi siap dibina dan mengikuti arahan pemerintah agar industri herbal memiliki arah yang lebih jelas,” tambahnya.
Dorongan bagi Pengusaha Herbal untuk Legal dan Berkembang
Warsono juga menyoroti masih banyaknya pelaku industri herbal yang belum memiliki izin usaha. Untuk itu, ia mengimbau agar mereka memanfaatkan sistem maklon, yaitu dengan mengambil bahan baku dari perusahaan yang telah memiliki izin resmi. Hal ini bertujuan agar para pengusaha kecil tetap bisa beroperasi secara legal tanpa harus memalsukan izin atau melanggar regulasi.
“Kami tidak akan meninggalkan pelaku usaha kecil. Justru, yang kecil akan disupport oleh yang besar agar bisa berkembang bersama,” jelasnya.
Lebih lanjut, Warsono mengajak para pelaku industri herbal untuk terus meningkatkan kualitas usahanya agar mampu bersaing di pasar internasional. Beberapa produsen herbal Indonesia bahkan telah berhasil mengekspor produk mereka ke Korea Selatan dan Qatar.
Munas Perdana APHMI dan Harapan bagi Kepengurusan Baru
Dalam Munas Pertama APHMI yang digelar di Hotel Aston, Jakarta, Warsono menyampaikan harapannya agar kepengurusan APHMI ke depan dipimpin oleh generasi muda yang mampu membawa organisasi ini ke tingkat yang lebih baik.
“Kami ingin kepengurusan yang baru bisa memenuhi visi APHMI, yaitu membangun ekonomi umat demi kejayaan bangsa, serta menciptakan pengusaha herbal Muslim kelas dunia,” tegasnya.
Ketua Panitia Munas, Abu Khusairi, menjelaskan bahwa acara ini merupakan Munas pertama sejak APHMI berdiri sepuluh tahun lalu. Munas ini dihadiri oleh sekitar 150 peserta dari 19 Dewan Pengurus Wilayah (DPW). Saat ini, APHMI memiliki 24 DPW dan lebih dari 650 anggota yang telah menghasilkan sekitar 1.500 produk herbal yang beredar di masyarakat.
“Mereka terdiri dari berbagai sektor, mulai dari produsen bahan baku herbal, distributor, hingga terapis,” ungkap Abu Khusairi.
Dengan semakin diterimanya herbal di dunia medis dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan industri herbal Indonesia dapat semakin maju dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
(Sumber: Republika/Ameera)